Langsung ke konten utama

Cerpen Kehidupan Seorang Rajawali

  Catatan petualangan


Arc problematikan kehidupan


Esai seperlima abad yang penuh lika-liku


Kisah ini tentang seekor burung rajawali. tentang bagaimana perjalanan hidup mereka. Bukan karena mereka mau tapi suatu keharusan yang dilaksanakan karena titah alam. waktu yang terus bergerak tanpa peduli kita siap atau tidak melaksanakan. 


Kembali lagi ini kisah tentang rajawali, di umur yang baru beranjak tiga kali rotasi bumi itu mereka dipaksa. di depak dari sarang nyamannya, dimana hari-hari yang sudah nyaman mendapatkan makanan dari sang induk. nyaman di tempat tidurnya. tinggal menunggu dan menunggu atas kebahagiaan yang terus datang. lantas di rotasi bumi yang ketiga, semua kenikmatan itu berubah. Ia di depak dari sarangnya dan dipaksa untuk terbang, entah ia siap ataupun tidak. entah dia berbekal sesuatu yang cukup atau tidak. Entah dia yang akan tetap hidup dengan keberaniaan dari sanak keturunan raja langit atau akan menjadi rantai makanan paling rendah makan mati.


Selayaknya hal terseut, waktu tak bisa berhenti. para manusia entah dengan disadari atau tidak disadari. Raga mereka akan selalu tumbuh dan tumbuh. tak bisa dihentikan  dan hal yang pasti akan selalu menua dan menua. berbeda lagi dengan rasa dan sukmanya yang akan berhenti ketika tidak lagi diberikan hal0hal yang semestinya. Subjek kali ini tentang manusia yang sukma dan rasanya sudah berhenti tepat pada umur sembilan kali rotasi bumi. berhenti tanpa berkembang. Tidak mati namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Bahkan mungkin raganya sudah mulai melemah karena perdebatan antara otak dan sukma yang cukup menguras tenaga.


Maka ketahuilah, nak. saat kita merasakan emosi, tertawa misalnya. hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa itu bahagia atau tidak. boleh jadi kita sedang tertawa dalam keseluruhan kesedihan. orang lain hanyamelihat wajah. saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. boleh jadi kita sedang menangis atas segala kebahagiaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anekdot Kisah Si lambat Pemenang Lomba Lari

  Catatan petualangan Arc : Anekdot pencerahaan Sub judul: Kisah Si Lambat Pemenang Lomba Lari  Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah penggalan bagian cerita dari sebuah desa. Alkisah dalam suatu periode perjalanan saya dalam mencari berbagai tantangan. Saya mampir pada suatu tempat untuk bertukar kata dengan penduduk. Kurang lebih selama 5 kali rotasi bumi saya menginap. Bersosialisasi dan bercengkrama dengan penduduk. Seingat saya waktu itu tepat saat kataware-doki terjadi ada suatu kebiasaan dari permainan anak-anak di lembah tersebut. Mereka selalu lomba lari di jalan utama hingga batas pohon besar yang dihormati desa setempat. Hal yang menarik dari lomba lari tersebut adalah si anak yang selalu menempati tempat terakhir namun dengan senyuman dan berkata. Di awal pertemuan aku hanya sekadar berpikir bahwa ia hanya senang bermain dengan temannya. Namun, rasa penasaran saya semakin besar hingga tepat hari terakhir saya menginap. Saya mencoba untuk bertanya kenapa dia selalu ter

Cerpen Tempurung yang Ditinggalkan Kelomang

  Catatan petualangan Arc rasa Sub judul sajak tempurung yang ditinggalkan kelomang Kali ini kita bercerita tentang kelomang yang selalu berpindah rumah ketika rasa kenyamanannya merasa berkurang. Cukup terpaksa bagi kelomang karena dia hanya butuh sesuatu yang bisa melindunginya dan memberikan kenyamanan. Namun, sudut pandang kali ini berada dari untaian kalimat dari tempurung yang pernah bersenandung. Katanya Tempurung sangat bahagia ketika mereka bersama, mencoba melewati segala hal, hingga yang awalnya hanya sekadar kewajiban ia untuk menjadi rumah hingga muncul suatu perasaan yang lebih. Tempurung meresa ingin menjadi pribadi egois yang menuntut kelomang untuk mengikuti kemanapun tempurung ingin pergi, kenapa? Karena tempurung tidak bisa pergi sendiri. Tempurung bahkan tidak merasa baik saat ditinggalkan kelomang. Tempurung tidak sekuat itu.  Kenyataannya itu bukan mereka lagi, tempurung dan kelomang sudah bukan satu frasa lagi.  Tempurung pun murung hancur luluh mantan terlihat k

Cerpen memperingati hari ibu

  Dekapan Polianthes tuberosa             Kali ini seperti biasa sang surya terbit di ufuk timur tepat pada hitungan prosonya. Meskipun berbeda waktunya tiap tahun, entah mungkin karena di lelah atau mungkin dia berbagi kebahagiaan di awal dengan mahluk lain. Pagi ini tepat pukul setengah lima aku terbangun.             Menurutku pagi selalu menyenangkan, dimana sebagian orang terbangun baik dalam kondisi tersenyum atau dalam kondisi yang kurang baik. Akan tetapi, pagi tetaplah pagi. Suatu tanda bahwa kita sebagai manusia telah melewati sehari yang berlalu begitu saja. Kita sekali lagi sudah melewati masa-masa yang penuh dengan rasa lelah susah resah atau mungkin kita melewati waktu dengan bahagia dengan segala warna cerah yang terlewat.             Pagi ini seperti biasa, merapikan tempat tidur lantas mengambil sedikit air untuk mengusap wajah dan melaksanakan rutinitas semestinya. Namun hari ini sedikit special karena sudah tersadar tujuh belas tahun berlalu dari pertama kali aku mun